A. Pendahuluan
Kapas adalah serat halus yang menyelubungi biji
beberapa jenis Gossypium (biasa disebut "pohon"/tanaman kapas), tumbuhan
'semak' yang berasal dari daerah tropika dan subtropika. Serat kapas
menjadi bahan penting dalam
industri
tekstil. Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi
kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun
(benang maupun kainnya).
Serat kapas merupakan produk yang berharga
karena hanya sekitar 10% dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam
pemrosesan. Apabila lemak,
protein,
malam (lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah
polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa
sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya
serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas
(katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala
panas (menyerap keringat).
Tanaman kapas secara botanis disebut
dengan Gossypium sp yang memiliki sekitar 39 spesies dan 4 spesies
diantaranya yang dibudidayakan yaitu : Gossypium herbacium L, Gossypium
arberium L, Gossypium hersutum L dan Gossypium barbadense; dengan
klasifikasi sebagai berikut :
Devisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Gossypium
Spesies : Gossypium sp
Tanaman
kapas mempunyai akar tunggang yang panjang dan dalam, bahkan sering
lebih panjang dari pada tanamannya sendiri. Dari akar tunggang akan
tumbuh akar-akar cabang, dan terus bercabang hingga membentuk akar-akar
serabut. Pada waktu berkecambah calon akar tunggang tumbuh terlebih
dahulu masuk kedalam tanah diikuti oleh keping biji. Batang terdiri dari
ruas dan buku, dari buku keluar cabang vegetatif dan generatif. Selama
pertumbuhan yang aktif, cabang generatif terbentuk tiap tiga hari,
jumlah cabang generatif bervariasi antara 15-20 tergantung pada varietas
dan lingkungan (Dahrul, 2007).
Kapas (Gossypium hersutum) merupakan
salah satu komoditi perkebunan penghasil serat alam untuk bahan baku
industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Kebutuhan bahan baku industri
TPT terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan perkembangan
jumlah penduduk, dan saat
ini kebutuhan tersebut telah mencapai sekitar 500 ribu ton serat kapas yang setara dengan 1,5
juta
ton kapas berbiji pertahun. Namun perkembangan industri TPT tersebut
belum didukung oleh kemampuan penyediaan bahan baku berupa serat kapas
dalam negeri, sehingga sekitar 99,5% kebutuhan bahan baku tersebut masih
dipenuhi dari impor. Menyadari hal tersebut pemerintah sejak tahun 1978
telah berupaya terus meningkatkan produksi kapas mulai dari pelaksanaan
program IKR, P2WK, proyek OECF, swadaya petani hingga Program
Percepatan (akselerasi kapas) yang dimulai tahun 2007 sampai saat ini.
Keseluruhan program tersebut diatas dilaksanakan secara bermitra antara
petani dengan perusahaan pengelola kapas. Sedangkan, pemerintah berperan
sebagai fasilitator.
Pada awalnya areal pengembangan kapas terbatas hanya di beberapa Provinsi yaitu :
Jawa Tengah,
Jawa Timur, NTB, NTT dan Sulsel. Mulai tahun 2007 telah dikembangkan
pertanaman kapas di Bali. Berdasarkan pengalaman pengembangan kapas
selama ini ternyata keberhasilan usaha tani kapas sangat ditentukan oleh
beberapa faktor terutama : (i) penggunaan benih unggul dan sarana
produksi secara 5 tepat (mutu, jenis, waktu, jumlah dan tempat) (ii)
penerapan standar teknis anjuran termasuk ketepatan waktu tanam dan
pemeliharaan tanaman dimulai sejak tanam hingga masa panen.
Kapas
(Gossypium hirsutum) merupakan tanaman perkebunan dan bukan merupakan
tanaman asli dari Indonesia. Tanaman kapas dikembangkan untuk
menyediakan bahan baku bagi industri tekstil. Walaupun industri tekstil
Indonesia termasuk lima besar di dunia, serat kapas yang merupakan bahan
baku industri tekstil belum diusahakan dalam skala perkebunan besar.
Pengembangan kapas secara intensif dilakukan melalui program
Intensifikasi Kapas Rakyat (IKR) yang dimulai tahun 1978/1979 dengan
luas areal sekitar 22.000 ha. Daerah pengembangan kapas meliputi daerah
dengan iklim kering, yaitu Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Dalam perkembangannya,
areal kapas dalam program IKR terus menurun dari tahun ke tahun dan pada
musim tanam tahun 2006 luas areal kapas hanya mencapai 7000 ha yang
tersebar di Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Bali dan Nusa Tenggara Barat.
B. Morfologi Kapas
Akar
tanaman kapas berupa akar tunggang, panjangn akar dapat mencapai 0,75-1
meter. Batang beruas-ruas, tiap ruas tumbuh daun dan cabang-cabang pada
ketiaknya. Memiliki 3 macam tunas, yaitu tunas serap, cabang vegetatif
dan cabang generatif. Cabang generatif ditandai dengan diakhiri yaitu
tumbuhnya square.Tinggi tanaman mencapai 100-150 cm.
Daun berbentuk
normal (palmatus), permukaan daun berbulu jarang, tulang daun menjari.
Bunga tanaman kapas termasuk bunga sempurna. Bunga tumbuh pada cabang
generatif, tiap cabang ada 6-8 kuncup. Bagian-bagian bunganya yaitu
terdiri dari tangkai bunga, daun kelopak tambahan, daun kelopak, mahkota
bunga, bakal buah, tangkai kepala putik, kepala putik, dan tepung sari.
Buah
berbentuk dari persarian sampai buah masak 40-70 hari. Bentuk buah
bulat telur, dengan warna hijau muda atau hijau gelap berbintik-bintik.
Setiap buah memiliki 3-5 ruang, sehingga buah tanaman kapas termasuk
buah kotak.
Cabang-cabang generatif akan menghasilkan kira-kira 50
kuncup bunga dan dalam keadaan normal hanya 35-40% yang menjadi buah.
Daun terbentuk pada buku-buku batang utama dan cabang generatif. Daun
pertama terbentuk pada buku ke-2 pada umur 10-12 hari (buku ke-1 berisi
daun lembaga). Daun berlekuk 3 atau 5, berbulu dan berkelenjar. Pada
daun terdapat stomata yang berperan yang berperan pada proses-proses
fotosintesis dan respirasi. Jumlah stomata pada permukaan bahwa
kira-kira dua kali jumlah stomata pada permukaan atas.
C. Budidaya Tanaman Kapas
a. Syarat Tumbuh Tanaman Kapas
Lahan
Faktor
lahan mempunyai andil yang cukup besar dalam mendukung tingkat
produktivitas kapas. Agar diperoleh pertumbuhan dan produksi yang baik,
tanaman kapas memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut : Tanah:
a.
Struktur tanah lempung berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 80%
atau lempung berliat dengan kandungan liat kurang dari 50%.
b. PH tanah minimal 5,5
c. Topografi relatif datar atau miring dengan kemiringan < 30% yang disertai pembuatan teras memotong arah lereng.
d. Daya menahan air dan drainase baik.
Tanaman
kapas yang diusahakan secara komersial hendaknya ditanam di dataran
rendah dan tidak melebihi dari 400 m di atas permukaan laut.Kapas
menghendaki tanah yang subur,drainase baik,daya pegang air tinggi,serta
memiliki pH tanah 6,7-7.
Iklim
Daerah dengan tipe iklim C, D, E
dan F cocok untuk penanaman kapas ditegalan. Di samping itu, daerah yang
memiliki curah hujan 600-800 mm selama 4 bulan pertumbuhan tanaman
kapas atau 1200-1600 mm selama setahun, juga merupakan daerah yang
sesuai untuk penanaman dan pengembangan kapas.
Air
Kebutuhan air
akan meningkat setelah pembentukan kuncup bunga. Pada periode pemasakan
buah, tanaman kapas banyak memerlukan air, sedangkan pada waktu panen
di butuhkan keadaan yang kering. Kapas tidak dianjurkan ditanam di
daerah dengan curah hujan selama 120 hari, lebih dari 1600 mm atau
kurang dari 500 mm (Estu, 2009).
b. Persiapan Lahan
a. Lokasi dipilih tempat yang relatif rata dekat dengan sumber air dan tidak tergenang air, dan mudah diawasi.
b. Lahan dibersihkan, diratakan, dibuat plot-plot dan bumbunan dan saluran drainase air diatur dengan baik.
Pengolahan Tanah I
a.
Pembukaan lahan dengan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala
macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya,
serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan
tumbuhan inang bagi hama dan penyakit
b. Buat plot dengan ukuran 3 x 2 meter, dengan tinggi 30 cm.
Pengolahan Tanah II
a. Gemburkan tanah kembali yang gunanya untuk membalik tanah.
b. Beri pupuk kandang (1 sak/plot) dan dolomit (2 kg/plot), kemudian balik kembali tanah tersebut.
c. Buat jarak tanam yaitu 30 x 40 cm
d. Lakukan pengairan atau pemberian air.
e. Buat bumbunan atau perbaikan saluran air.
c. Penanaman
a. Buat lubang tanaman dengan menggunakan tugal, dengan kedalam 1-3 cm.
b. Tanam benih 2-3 benih/lubang tanam.
c. Berikan furadan dan fungisida @ 20 gram/plot, diletakkan di sekitar lubang tanaman.
d.
Berikan pula SP36 (90 gr/plot) dan KCl (60 gr/plot) sebagai pupuk
dasar (pemupukan I). Pemupukan ini dilakukan karena KCL dan SP36
merupakan yang sulit larut, maka pupuk ini diberikan lebih awal.
e.
Tutup dengan jerami agar kelembapan terjaga dan menghindari terjadinya
evapotranspirasi dan agar benih tidak terseret air hujan.
d. Pemeliharaan
a. Penyulaman
Benih
kapas sudah tumbuh pada hari ketujuh setelah tanam, sehingga bila ada
benih yang tidak tumbuh harus dilakukan penyulaman dengan benih yang
baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan dibawah umur 10-15 hari setelah
tanam, agar pertumbuhan tanaman bisa seragam karena agar mempermudah
dalam proses perawatanya.
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan
apabila gulma banyak tumbuh disekitar tanaman kapas. Penyiangan
dilakukan berulang-ulang apabila tumbuh banyak gulma. Penyiangan
dilakukan secara manual dengan menggunakan koret dan dicabut.
c. Pembubunan
Pembubunan dilakukan agar tanaman memiliki perakaran yang kuat dan tidak mudah roboh.
d. Penjarangan
Pada
umur 14 hari setelah tanam, biasanya dilakukan penjarangan terhadap
tanaman yang melebihi kebutuhan awal. Karena pada saat itu tanaman belum
terlalu tua dan perakaran masih dalam kondisi mudah untuk di lakukan
penjarangan, dan karena pada umur tersebut adalah umur yang ideal untuk
melakukan penyeleksian tanaman. Penjarangan dilakukan secara manual,
yaitu dengan cara dicabut menggunakan tangan.
e. Pengairan
Kebutuhan
akan air atau kelembaban untuk kapas ialah sejak awal penanaman sampai
menjelang panen. Cara pengairanya dengan cara disiram di daerah tanaman.
f. Pemupukan II
Pemupukan kedua dilakukan pada usia 2 minggu dengan menggunakan pupuk UREA sebesar 180 gram/plot.
g. Pemupukan III
Pemupukan ketiga dilakukan pada usia 4 minggu dengan menggunakan pupuk UREA sebesar 180 gram/plot.
h. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama
yang menyerang tanaman kapas ini berupa earias vittella, belalang,
aphis dan emphoasca. Hama tersebut diatasi dengan melakukan penyemprotan
menggunakan insektisida berupa Buldok dengan dosis 2cc/liter, Dupol
dengan dosis 6cc/liter, dan menggunakan Decis 4cc/liter. Sedang penyakit
yang menyerang adalah puru akar yang menyebabkan tanaman layu sementara
dan akhirnya tanaman mati.
Hama yang menyerang tanaman kapas ini
berupa earias vittella, belalang, aphis sp dan emphoasca. Earias
vittella biasanya menyerang bagian batang, sedangkan aphis sp menyerang
bagian daun, yang menyebabkan daun menjadi keriput karena cairan dan
mineral didalam daun diserap oleh aphis. Dan penyakit yang menyerang
adalah puru akar yang menyebabkan tanaman layu sementara dan akhirnya
tanaman mati. Serangan hama yang meledak tersebut dikarenakan faktor
alam, dimana lingkungan menjadi sangat lembab. Selain itu jarak tanam
yang sempit yakni 40 x 30 cm, juga dapat menyebabkan serangan hama tidak
bisa berhenti karena cabang-cabang tanaman kapas saling bedesakan.
(Eko, 2010).
e. Panen
Pembuahan
terjadi 30 jam setelah penyerbukan. Pada waktu buah (boll) masak, kulit
buah retak dan kapasnya/seratnya menjadi kering dan siap dipanen.
Bagian serat terpanjang terdapat pada pucuk biji. Panjang serat
bervariasi tergantung jenis dan varietasnya. Panjang serat yang
dikembangkan di Indonesia sekitar 26-29 mm. Keterbatasan air pada
periode pemanjangan serat, akan mengurangi panjang serat. 1 boll kapas ±
3,5 – 4 gram. Bentuk biji bulat telur, berwarna cokelat kehitaman dan
berat biji per 100 biji sekitar 6-17 gram tergantung varietas. Serat
melekat erat pada biji berwarna putih yang disebut fuzz (kabu-kabu).
Biji kapas tidak hanya dilapisi kabu-kabu, tetapi diluarnya terdapat
lapisan serabut yang disebut serat kapas (kapas). Kulit biji menebal
membentuk lapisan serat berderet pada kulit bagian dalam. Cabang-cabang
generatif akan menghasilkan kira-kira 50 kuncup bunga dan dalam keadaan
normal hanya 35-40% yang menjadi buah.
f. Pasca Panen
Serat kapas
menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat itu dapat dipintal
menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas
biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya). Serat kapas
merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat kotor
(bruto) produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam
(lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer
selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga
memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap
yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas (katun)
bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas
(menyerap keringat) Serat kapas memiliki beberapa manfaat dan kegunaan
antara lain sebagai bahan baku industri tekstil, benang, kain sebagai
pakaian sehari hari dan sebagai bahan kosmetik dan medis yaitu sebagai
perban atau lapisan pembalut luka dan sebagai bahan popok bayi
(Wikipedia, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Dahrul, 2007. Budidaya Kapas. http// budidaya-tanaman-kapas-1286768724.htm. Diakses Pada tanggal 22 April 2011.
Eko, 2010. Laporan Budidaya Kaps. http// laporan-budidaya-kapas.html. Diakses Pada tanggal 22 April 2011.
Estu, 2009. Budidaya Tanaman Kapas. http// budidaya-tanaman-kapas.html. Diakses Pada tanggal 22 April 2011.
Wikipedia, 2010. http//Wikipedia/Kapas.htm. Diakses Pada tanggal 22 April 2011.