Selasa, 11 Februari 2014

Budidaya Ikan Lele


Panduan praktis budidaya ikan leleBudidaya ikan lele sangat diminati para peternak karena pasarnya yang terus berkembang. Pemerintah juga gencar memberikan dukungan melalui riset benih lele unggul dan kampanye gerakan makan ikan. Sehingga bermunculan sentra-sentra budidaya ikan lele di sejumlah daerah.
Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, budidaya ikan lele sebaiknya tidak dilakukan secara sampingan atau sekadar kegiatan subsisten. Ikan lele sanggup hidup dalam kepadatan tebar yang tinggi dan memiliki rasio pemberian pakan berbanding pertumbuhan daging yang baik. Oleh karena itu, usaha budidaya ikan lele akan memberikan keuntungan lebih apabila dilakukan secara intensif.
Terdapat dua segmen usaha budidaya ikan lele, yaitu segmen pembenihan dan segmen pembesaran. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas budidaya ikan lele segmen pembesaran. Berikut kami uraikan tahap-tahap persiapannya.

Penyiapan kolam tempat budidaya ikan lele

Ada berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan sebagai tempat budidaya ikan lele. Untuk memutuskan kolam apa yang cocok, harap pertimbangkan kondisi lingkungan dan ketersediaan tenaga kerja terampil. Lalu, cocokkan dengan sumber dana yang kita miliki. Perlu diperhatikan bahwa setiap tipe kolam memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing bila ditinjau dari segi usaha budidaya.
Tipe-tipe kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah kolam tanah, kolam semen, kolam terpal, jaring apung dan keramba. Namun dalam artikel ini kita hanya membahas kolam tanah saja, mengingat jenis kolam ini paling banyak digunakan oleh para peternak ikan.

a. Pengeringan dan pengolahan tanah

Sebelum benih ikan lele ditebarkan, kolam harus dikeringkan telebih dahulu. Lama pegeringan berkisar 3-7 hari atau bergantung pada teriknya sinar matahari. Sebagai patokan, apabila permukaan tanah sudah retak-retak, kolam bisa dianggap sudah cukup kering. Pengeringan kolam bertujuan untuk memutus keberadaan mikroorganisme jahat yang menyebabkan bibit penyakit. Mikroorganisme tersebut bisa bekembang dari sisa-sisa priode budidaya ikan lele sebelumnya. Dengan pengeringan dan penjemuran, sebagian besar mikroorganisme patogen akan mati.
Setelah dikeringkan, permukaan tanah dibajak atau dibalik dengan cangkul. Pembajakan tanah diperlukan untuk memperbaiki kegemburan tanah dan membuang gas beracun yang tertimbun di dalam tanah. Selain penggemburan, lakukan pengangkatan lapisan lumpur hitam berbau busuk yang biasanya terdapat di dasar kolam. Karena lumpur hitam tersebut menyimpan gas-gas beracun seperti amonia dan hidrogen sulfida. Gas-gas itu terbentuk dari tumpukan sisa pakan yang tidak habis pada periode budidaya ikan lele sebelumnya.

b. Pengapuran dan pemupukan

Pengapuran berfungsi untuk menyeimbangkan keasaman kolam dan membantu memberantas mikroorganisme patogen. Jenis kapur yang digunakan adalah dolomit atau kapur tohor. Pengapuran dilakukan dengan cara ditebar secara merata di atas permukaan dasar kolam. Setelah ditebari kapur, balik tanah dengan cangkul agar kapur meresap ke bagian dalam. Dosis yang diperlukan untuk pengapuran dasar kolam adalah 250-750 gram per meter persegi, atau tergantung pada derajat keasaman tanah. Semakin asam tanah semakin banyak kapur yang dibutuhkan.
Langkah selanjutnya adalah pemupukan. Pupuknya menggunakan paduan pupuk organik ditambah urea dan TSP. Jenis pupuk organiknya bisa pupuk kandang atau pupuk kompos, dosisnya sebanyak 250-500 gram per meter persegi. Sedangkan dosis pupuk kimianya adalah urea 15 gram per meter persegi dan TSP 10 gram per meter persegi. Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk menyediakan nutrisi bagi biota seperti fitoplankton dan cacing. Biota tersebut berguna untuk makanan alami ikan lele.

c. Pengaturan air kolam

Ketinggian air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah 100-120 cm. Pengisian kolam harus dilakukan secara bertahap. Setelah kolam dipupuk, isi dengan air sampai batas 30-40 cm. Pada ketinggian tersebut sinar matahari masih bisa tembus hingga dasar kolam dan memungkinkan biota dasar kolam seperti fitoplankton tumbuh dengan baik. Kolam yang sudah ditumbuhi fitoplankton airnya akan berwarna kehijauan. Setelah satu minggu, baru benih ikan lele siap ditebar. Selanjutnya, air kolam ditambah secara berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele sampai pada ketinggian ideal.
Panduan budidaya ikan lele

Pemilihan benih ikan lele

Tingkat kesuksesan budidaya ikan lele sangat ditentukan oleh kualitas benih yang ditebar. Benih yang akan digunakan dalam budidaya ikan lele hendaklah dari jenis benih unggul. Ada beberapa jenis ikan lele yang biasa dibudidayakan di Indonesia. Silahkan baca lebih lanjut mengenai jenis-jenis ikan lele budidaya. Dalam artikel ini kami merekomendasikan jenis ikan lele Sangkuriang yang dikembangkan BBPBAT Sukabumi. Alasannya, ikan lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan dari lele dumbo. Dimana kualitas dari lele dumbo yang saat ini beredar di masyarakat semakin menurun dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai ikan lele sangkuriang silakan baca asal-usul ikan lele sangkuriang.
Benih ikan lele bisa kita dapatkan dengan cara membeli atau melakukan pembenihan ikan lele sendiri. Untuk membuat pembenihan sendiri silahkan baca cara pembenihan ikan lele dan teknik pemijahan ikan lele. Hal yang paling penting adalah benih unggul yang digunakan harus benih yang baik dan sehat.

a. Syarat benih unggul

Benih yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Benih yang kualitasnya buruk tidak bisa menghasilkan dengan maksimal dan rentan terhadap serangan penyakit. Ciri-ciri benih yang sehat gerakannya lincah, tidak terdapat cacat atau luka dipermukaan tubuhnya, bebas dari bibit penyakit dan gerakan renangnya normal. Untuk menguji gerakan renangnya, coba tempatkan ikan pada arus air, jika ikan tersebut menantang arah arus air berarti gerakan renangnya normal.
Ukuran benih untuk budidaya ikan lele sebaiknya memiliki panjang sekitar 5-7 cm. Usahakan ukurannya rata agar ikan bisa tumbuh dan berkembang serempak. Dari benih sebesar itu, dalam jangka waktu pemeliharaan 2,5-3,5 bulan akan didapatkan lele ukuran konsumsi sebesar 9-12 ekor per kilogram.

b. Cara menebar benih

Sebelum benih ditebar, lakukan penyesuaian iklim terhadap benih. Caranya, masukan benih yang baru datang dengan wadahnya (ember/jeriken) ke dalam kolam. Biarkan selama 15 menit agar terjadi penyesuaian suhu tempat benih dengan suhu kolam sebagai lingkungan barunya. Miringkan wadah dan biarkan benih keluar dengan sendirinya. Metode ini bermanfaat mencegah stres pada benih.
Tebarkan benih ikan lele ke dalam kolam dengan kepadatan 200-400 ekor per meter persegi. Semakin baik kualitas air kolam, semakin tinggi jumlah benih yang bisa ditampung. Hendaknya tinggi air tidak lebih dari 40 cm saat benih ditebar. Hal ini menjaga agar benih ikan bisa menjangkau permukaan air untuk mengambil pakan atau bernapas. Pengisian kolam berikutnya disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan sampai mencapai ketinggian air yang ideal.
Menentukan kapasitas kolam
Berikut ini cara menghitung kapasitas kolam untuk budidaya ikan lele secara intensif. Asumsi kedalaman kolam 1-1,5 meter (kedalaman yang dianjurkan). Maka kepadatan tebar bibit lele yang dianjurkan adalah 200-400 ekor per meter persegi. Contoh, untuk kolam berukuran 3 x 4 meter maka jumlah bibit ikannya minimal (3×4) x 200 = 2400 ekor, maksimal (3×4) x 400 = 4800 ekor.
Catatan: kolam tanah kapaistasnya lebih sedikit dari kolam tembok.

Pakan untuk budidaya ikan lele

Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada banyak sekali merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang baik adalah pakan yang menawarkan Food Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari satu. FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding bertumbuhan daging. Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas pakan. Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan pemberian pakan utama dan pakan tambahan secara berimbang. Bila pakan pabrik terasa mahal, silahkan coba membuat sendiri pakan lele alternatif.

a. Pemberian pakan utama

Pakan yang baik harus mengandung nutrisi yang diperlukan oleh ikan lele. Sebagai ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak mengandung protein hewani. Secara umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan lele adalah protein (minimal 30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%), vitamin dan mineral. Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-rata sudah dilengkapi dengan keterangan kandungan nutrisi. Tinggal kita pandai-pandai memilih mana yang bisa dipercaya. Ingat, jangan sampai membeli pakan kadaluarsa. Apabila pakan dirasa terlalu mahal kita juga bisa membuat pakan alternatif, silahkan baca membuat sendiri pakan lele alternatif.
Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh.
Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian pakan bisa pagi, siang, sore dan malam hari. Harus diingat, ikan lele merupakan hewan nokturnal, aktif pada malam hari. Pertimbangkan pemberian makan lebih banyak pada sore dan malam hari. Pakan diberikan dengan ditebar. Si pemberi pakan harus jeli melihat reaksi ikan. Berikan pakan saat ikan lele agresif menyantap pakan dan berhenti apabila ikan sudah terlihat malas untuk menyantapnya.
Panduan lengkap budidaya ikan lele

b. Pemberian pakan tambahan

Selain pakan utama, bisa dipertimbangkan juga untuk memberi pakan tambahan. Pemberian pakan tambahan sangat menolong menghemat biaya pengeluaran pakan yang memang cukup menguras kantong. Apabila kolam kita dekat dengan pelelangan ikan, bisa dipertimbangkan pemberian ikan rucah segar. Ikan rucah adalah hasil ikan tangkapan dari laut yang tidak layak dikonsumsi manusia karena ukuran atau cacat dalam penangkapannya. Bisa juga dengan membuat belatung dari campuran ampas tahu.
Keong mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu. Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan. Kemudian pisahkan daging keong mas dengan cangkangnya, lalu dicincang. Untuk ayam bersihkan bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele.
Satu hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pakan ikan lele, jangan sampai telat atau kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat kanibal, yakni suka memangsa sejenisnya. Apabila kekurangan pakan, ikan-ikan yang lebih besar ukurannya akan memangsa ikan yang lebih kecil.

Pengelolaan air

Hal penting lainnya dalam budidaya ikan lele adalah pengelolaan air kolam. Walaupun ikan lele bisa hidup dalam kondisi air yang buruk, untuk mendapatkan hasil maksimal kualitas dan kuantitas air harus tetap terjaga.
Awasi kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam. Timbunan tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen sulfida yang dicirikan dengan adanya bau busuk. Oleh karena itu, apabila sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian bawah. Kemudian isi lagi dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat tergantung pada kebiasaan memberikan pakan. Apabila dalam memberikan pakan banyak menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih sering dilakukan. Selain itu, apabila air terlihat berkurang karena penguapan atau kebocoran kolam, segera tambahkan.

Pengendalian hama dan penyakit

Hama yang paling umum dalam budidaya ikan lele antara lain hama predator seperti linsang, ular, sero, musang air dan burung. Sedangkan hama yang menjadi pesaing antara lain ikan mujair. Untuk mencegahnya yaitu dengan memasang saringan pada jalan masuk dan keluar air atau memasang pagar di sekeliling kolam.
Penyakit pada budidaya ikan lele bisa datang dari protozoa, bakteri dan virus. Ketiga mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan. Beberapa diantaranya adalah bintik putih, kembung perut dan luka di kepala dan ekor. Untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi adalah dengan menjaga kualitas air, mengontrol kelebihan pakan, menjaga kebersihan kolam, dan mempertahankan suhu kolam pada kisaran 28oC. Selain penyakit infeksi ikan lele juga bisa terserang penyakit non-infeksi seperti kuning, kekurangan vitamin dan lain-lain. Untuk mengetahui lebih jauh tentang pengendalian penyakit silahkan baca pengendalian hama dan penyakit ikan lele.

Panen budidaya ikan lele

Pemanenan budidaya ikan lele untuk konsumsi dalam negeri biasanya berukuran 9-12 ekor per kg. Untuk mencapai ukuran konsumsi dari benih sebesar 5-7 cm dibutuhkan waktu sekitar 2,5 sampai 3,5 bulan dari awal benih ditebar. Sedangkan untuk ekspor, berat ikan lele bisa mencapai 500 gram per ekor.
Pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati. Satu hari (24 jam) sebelum panen, sebaiknya ikan lele tidak diberi pakan agar tidak buang kotoran saat diangkut. Pada saat ikan lele dipanen hendaknya disortasi terlebih dahulu untuk misahkan lele berdasarkan ukurannya. Pemisahan ukuran ini berdampak pada harga. Ikan lele yang sudah disortasi berdasarkan ukuran akan meningkatkan pendapatan bagi peternak.

source:  http://www.alamtani.com/budidaya-ikan-lele.html

Budidaya Tanaman Kapas (Gossypium sp)

A. Pendahuluan
Kapas adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (biasa disebut "pohon"/tanaman kapas), tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah tropika dan subtropika. Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya).
Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas (menyerap keringat).
Tanaman kapas secara botanis disebut dengan Gossypium sp yang memiliki sekitar 39 spesies dan 4 spesies diantaranya yang dibudidayakan yaitu : Gossypium herbacium L, Gossypium arberium L, Gossypium hersutum L dan Gossypium barbadense; dengan
klasifikasi sebagai berikut :
Devisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Gossypium
Spesies : Gossypium sp
Tanaman kapas mempunyai akar tunggang yang panjang dan dalam, bahkan sering lebih panjang dari pada tanamannya sendiri. Dari akar tunggang akan tumbuh akar-akar cabang, dan terus bercabang hingga membentuk akar-akar serabut. Pada waktu berkecambah calon akar tunggang tumbuh terlebih dahulu masuk kedalam tanah diikuti oleh keping biji. Batang terdiri dari ruas dan buku, dari buku keluar cabang vegetatif dan generatif. Selama pertumbuhan yang aktif, cabang generatif terbentuk tiap tiga hari, jumlah cabang generatif bervariasi antara 15-20 tergantung pada varietas dan lingkungan (Dahrul, 2007).
Kapas (Gossypium hersutum) merupakan salah satu komoditi perkebunan penghasil serat alam untuk bahan baku industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Kebutuhan bahan baku industri TPT terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, dan saat ini kebutuhan tersebut telah mencapai sekitar 500 ribu ton serat kapas yang setara dengan 1,5 juta ton kapas berbiji pertahun. Namun perkembangan industri TPT tersebut belum didukung oleh kemampuan penyediaan bahan baku berupa serat kapas dalam negeri, sehingga sekitar 99,5% kebutuhan bahan baku tersebut masih dipenuhi dari impor. Menyadari hal tersebut pemerintah sejak tahun 1978 telah berupaya terus meningkatkan produksi kapas mulai dari pelaksanaan program IKR, P2WK, proyek OECF, swadaya petani hingga Program Percepatan (akselerasi kapas) yang dimulai tahun 2007 sampai saat ini. Keseluruhan program tersebut diatas dilaksanakan secara bermitra antara petani dengan perusahaan pengelola kapas. Sedangkan, pemerintah berperan sebagai fasilitator.
Pada awalnya areal pengembangan kapas terbatas hanya di beberapa Provinsi yaitu : Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT dan Sulsel. Mulai tahun 2007 telah dikembangkan pertanaman kapas di Bali. Berdasarkan pengalaman pengembangan kapas selama ini ternyata keberhasilan usaha tani kapas sangat ditentukan oleh beberapa faktor terutama : (i) penggunaan benih unggul dan sarana produksi secara 5 tepat (mutu, jenis, waktu, jumlah dan tempat) (ii) penerapan standar teknis anjuran termasuk ketepatan waktu tanam dan pemeliharaan tanaman dimulai sejak tanam hingga masa panen.
Kapas (Gossypium hirsutum) merupakan tanaman perkebunan dan bukan merupakan tanaman asli dari Indonesia. Tanaman kapas dikembangkan untuk menyediakan bahan baku bagi industri tekstil. Walaupun industri tekstil Indonesia termasuk lima besar di dunia, serat kapas yang merupakan bahan baku industri tekstil belum diusahakan dalam skala perkebunan besar. Pengembangan kapas secara intensif dilakukan melalui program Intensifikasi Kapas Rakyat (IKR) yang dimulai tahun 1978/1979 dengan luas areal sekitar 22.000 ha. Daerah pengembangan kapas meliputi daerah dengan iklim kering, yaitu Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Dalam perkembangannya, areal kapas dalam program IKR terus menurun dari tahun ke tahun dan pada musim tanam tahun 2006 luas areal kapas hanya mencapai 7000 ha yang tersebar di Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat.

B. Morfologi Kapas
Akar tanaman kapas berupa akar tunggang, panjangn akar dapat mencapai 0,75-1 meter. Batang beruas-ruas, tiap ruas tumbuh daun dan cabang-cabang pada ketiaknya. Memiliki 3 macam tunas, yaitu tunas serap, cabang vegetatif dan cabang generatif. Cabang generatif ditandai dengan diakhiri yaitu tumbuhnya square.Tinggi tanaman mencapai 100-150 cm.
Daun berbentuk normal (palmatus), permukaan daun berbulu jarang, tulang daun menjari. Bunga tanaman kapas termasuk bunga sempurna. Bunga tumbuh pada cabang generatif, tiap cabang ada 6-8 kuncup. Bagian-bagian bunganya yaitu terdiri dari tangkai bunga, daun kelopak tambahan, daun kelopak, mahkota bunga, bakal buah, tangkai kepala putik, kepala putik, dan tepung sari.
Buah berbentuk dari persarian sampai buah masak 40-70 hari. Bentuk buah bulat telur, dengan warna hijau muda atau hijau gelap berbintik-bintik. Setiap buah memiliki 3-5 ruang, sehingga buah tanaman kapas termasuk buah kotak.
Cabang-cabang generatif akan menghasilkan kira-kira 50 kuncup bunga dan dalam keadaan normal hanya 35-40% yang menjadi buah. Daun terbentuk pada buku-buku batang utama dan cabang generatif. Daun pertama terbentuk pada buku ke-2 pada umur 10-12 hari (buku ke-1 berisi daun lembaga). Daun berlekuk 3 atau 5, berbulu dan berkelenjar. Pada daun terdapat stomata yang berperan yang berperan pada proses-proses fotosintesis dan respirasi. Jumlah stomata pada permukaan bahwa kira-kira dua kali jumlah stomata pada permukaan atas.
C. Budidaya Tanaman Kapas
a. Syarat Tumbuh Tanaman Kapas
 Lahan
Faktor lahan mempunyai andil yang cukup besar dalam mendukung tingkat produktivitas kapas. Agar diperoleh pertumbuhan dan produksi yang baik, tanaman kapas memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut : Tanah:
a. Struktur tanah lempung berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 80% atau lempung berliat dengan kandungan liat kurang dari 50%.
b. PH tanah minimal 5,5
c. Topografi relatif datar atau miring dengan kemiringan < 30% yang disertai pembuatan teras memotong arah lereng.
d. Daya menahan air dan drainase baik.
Tanaman kapas yang diusahakan secara komersial hendaknya ditanam di dataran rendah dan tidak melebihi dari 400 m di atas permukaan laut.Kapas menghendaki tanah yang subur,drainase baik,daya pegang air tinggi,serta memiliki pH tanah 6,7-7.
 Iklim
Daerah dengan tipe iklim C, D, E dan F cocok untuk penanaman kapas ditegalan. Di samping itu, daerah yang memiliki curah hujan 600-800 mm selama 4 bulan pertumbuhan tanaman kapas atau 1200-1600 mm selama setahun, juga merupakan daerah yang sesuai untuk penanaman dan pengembangan kapas.
 Air
Kebutuhan air akan meningkat setelah pembentukan kuncup bunga. Pada periode pemasakan buah, tanaman kapas banyak memerlukan air, sedangkan pada waktu panen di butuhkan keadaan yang kering. Kapas tidak dianjurkan ditanam di daerah dengan curah hujan selama 120 hari, lebih dari 1600 mm atau kurang dari 500 mm (Estu, 2009).
b. Persiapan Lahan
a. Lokasi dipilih tempat yang relatif rata dekat dengan sumber air dan tidak tergenang air, dan mudah diawasi.
b. Lahan dibersihkan, diratakan, dibuat plot-plot dan bumbunan dan saluran drainase air diatur dengan baik.
Pengolahan Tanah I
a. Pembukaan lahan dengan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya, serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit
b. Buat plot dengan ukuran 3 x 2 meter, dengan tinggi 30 cm.
Pengolahan Tanah II
a. Gemburkan tanah kembali yang gunanya untuk membalik tanah.
b. Beri pupuk kandang (1 sak/plot) dan dolomit (2 kg/plot), kemudian balik kembali tanah tersebut.
c. Buat jarak tanam yaitu 30 x 40 cm
d. Lakukan pengairan atau pemberian air.
e. Buat bumbunan atau perbaikan saluran air.
c. Penanaman
a. Buat lubang tanaman dengan menggunakan tugal, dengan kedalam 1-3 cm.
b. Tanam benih 2-3 benih/lubang tanam.
c. Berikan furadan dan fungisida @ 20 gram/plot, diletakkan di sekitar lubang tanaman.
d. Berikan pula SP36 (90 gr/plot) dan KCl (60 gr/plot) sebagai pupuk dasar (pemupukan I). Pemupukan ini dilakukan karena KCL dan SP36 merupakan yang sulit larut, maka pupuk ini diberikan lebih awal.
e. Tutup dengan jerami agar kelembapan terjaga dan menghindari terjadinya evapotranspirasi dan agar benih tidak terseret air hujan.
d. Pemeliharaan
a. Penyulaman
Benih kapas sudah tumbuh pada hari ketujuh setelah tanam, sehingga bila ada benih yang tidak tumbuh harus dilakukan penyulaman dengan benih yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan dibawah umur 10-15 hari setelah tanam, agar pertumbuhan tanaman bisa seragam karena agar mempermudah dalam proses perawatanya.
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan apabila gulma banyak tumbuh disekitar tanaman kapas. Penyiangan dilakukan berulang-ulang apabila tumbuh banyak gulma. Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan koret dan dicabut.
c. Pembubunan
Pembubunan dilakukan agar tanaman memiliki perakaran yang kuat dan tidak mudah roboh.
d. Penjarangan
Pada umur 14 hari setelah tanam, biasanya dilakukan penjarangan terhadap tanaman yang melebihi kebutuhan awal. Karena pada saat itu tanaman belum terlalu tua dan perakaran masih dalam kondisi mudah untuk di lakukan penjarangan, dan karena pada umur tersebut adalah umur yang ideal untuk melakukan penyeleksian tanaman. Penjarangan dilakukan secara manual, yaitu dengan cara dicabut menggunakan tangan.
e. Pengairan
Kebutuhan akan air atau kelembaban untuk kapas ialah sejak awal penanaman sampai menjelang panen. Cara pengairanya dengan cara disiram di daerah tanaman.
f. Pemupukan II
Pemupukan kedua dilakukan pada usia 2 minggu dengan menggunakan pupuk UREA sebesar 180 gram/plot.
g. Pemupukan III
Pemupukan ketiga dilakukan pada usia 4 minggu dengan menggunakan pupuk UREA sebesar 180 gram/plot.
h. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang menyerang tanaman kapas ini berupa earias vittella, belalang, aphis dan emphoasca. Hama tersebut diatasi dengan melakukan penyemprotan menggunakan insektisida berupa Buldok dengan dosis 2cc/liter, Dupol dengan dosis 6cc/liter, dan menggunakan Decis 4cc/liter. Sedang penyakit yang menyerang adalah puru akar yang menyebabkan tanaman layu sementara dan akhirnya tanaman mati.
Hama yang menyerang tanaman kapas ini berupa earias vittella, belalang, aphis sp dan emphoasca. Earias vittella biasanya menyerang bagian batang, sedangkan aphis sp menyerang bagian daun, yang menyebabkan daun menjadi keriput karena cairan dan mineral didalam daun diserap oleh aphis. Dan penyakit yang menyerang adalah puru akar yang menyebabkan tanaman layu sementara dan akhirnya tanaman mati. Serangan hama yang meledak tersebut dikarenakan faktor alam, dimana lingkungan menjadi sangat lembab. Selain itu jarak tanam yang sempit yakni 40 x 30 cm, juga dapat menyebabkan serangan hama tidak bisa berhenti karena cabang-cabang tanaman kapas saling bedesakan.
(Eko, 2010).
e. Panen
Pembuahan terjadi 30 jam setelah penyerbukan. Pada waktu buah (boll) masak, kulit buah retak dan kapasnya/seratnya menjadi kering dan siap dipanen. Bagian serat terpanjang terdapat pada pucuk biji. Panjang serat bervariasi tergantung jenis dan varietasnya. Panjang serat yang dikembangkan di Indonesia sekitar 26-29 mm. Keterbatasan air pada periode pemanjangan serat, akan mengurangi panjang serat. 1 boll kapas ± 3,5 – 4 gram. Bentuk biji bulat telur, berwarna cokelat kehitaman dan berat biji per 100 biji sekitar 6-17 gram tergantung varietas. Serat melekat erat pada biji berwarna putih yang disebut fuzz (kabu-kabu). Biji kapas tidak hanya dilapisi kabu-kabu, tetapi diluarnya terdapat lapisan serabut yang disebut serat kapas (kapas). Kulit biji menebal membentuk lapisan serat berderet pada kulit bagian dalam. Cabang-cabang generatif akan menghasilkan kira-kira 50 kuncup bunga dan dalam keadaan normal hanya 35-40% yang menjadi buah.
f. Pasca Panen
Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya). Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas (menyerap keringat) Serat kapas memiliki beberapa manfaat dan kegunaan antara lain sebagai bahan baku industri tekstil, benang, kain sebagai pakaian sehari hari dan sebagai bahan kosmetik dan medis yaitu sebagai perban atau lapisan pembalut luka dan sebagai bahan popok bayi (Wikipedia, 2010).




DAFTAR PUSTAKA

Dahrul, 2007. Budidaya Kapas. http// budidaya-tanaman-kapas-1286768724.htm. Diakses Pada tanggal 22 April 2011.
Eko, 2010. Laporan Budidaya Kaps. http// laporan-budidaya-kapas.html. Diakses Pada tanggal 22 April 2011.
Estu, 2009. Budidaya Tanaman Kapas. http// budidaya-tanaman-kapas.html. Diakses Pada tanggal 22 April 2011.
Wikipedia, 2010. http//Wikipedia/Kapas.htm. Diakses Pada tanggal 22 April 2011.